Hadirin rahimakumullah.
Senantiasa kita haturkan ucapan “alhamdulillah” ke hadirat Allah subhanahu wata'ala.Sebab, atas rahmat dan karunia-Nya, pada saat ini kita dikumpulkan oleh Allah di masjid yang diberkahi ini dalam keadaan sehat wal afiat.Senantiasa pula kita berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga seluruh kebaikan yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini diterima-Nya, dan kesalahan dan kekhilafan di maafkan-Nya.
Hadirin rahimakumullah.
Pada kesempatan ini, khatib menyampaikan pesan utama dalam khutbah, yakni: bertakwalah kepada Allah subhanahu wata'ala. Sebagaimana pesan yang disampaikan Allah dalam al-Qur’an kepada kita semua,
وَلَقَدْوَصَّيْنَاالَّذِينَأُوتُواالْكِتَابَمِنْقَبْلِكُمْوَإِيَّاكُمْأَنِاتَّقُواالله
"…sungguh, Kami telah memberikan wasiat kepada orang – orang yang telah diberi Kitab dari sebelum kalian dan juga untuk kalian; bertakwalah kalian kepada Allah …" (QS.An Nisa': 131)
اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْت
"Bertaqwalah kepada Allah subhanahu wata'ala di mana pun engkau berada."(Hr. At-Tirmidzi).
Yakni, bertakwalah kamu kepada Allah disaat sendirian, sebagaimana kamu bertakwa kepada Allah ketika berada di tengah-tengah manusia.Bertakwalah kepada Allah, di mana pun dan kapan pun. Bertakwalah dengan meyakini akan hadirnya Allah; bahwa Dia senantiasa mengawasi hamba-Nya dalam keadaan apapun. Allah subhanahu wata'ala berfirman, yang artinya, “ …, tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah (Allah) yang keempatnya…”(Qs. Al-Mujadilah: 7). Bertakwalah, dalam semua aktifitas yang kamu lakukan, yaitu dengan melaksanakan perintah-perintah Allah, dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Baca juga : Ramadhan untuk kemashalahatan ummat...
Hadirin rahimakumullah,
Diantara realisasi ketakwaan adalah berlaku jujur, tidak menipu dan berbuat curang.Perintah berbuat jujur diberikan kepada seluruh umat Islam, tanpa memandang status dan jabatannya.Termasuk di dalamnya adalah para pemimpin, baik pemimpin Negara atau pun pemimpin dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.Dalam konteks ini, Islam mengharamkan dan melarang keras perbuatan menipu dan membodohi rakyat dan umat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَامِنْعَبْدِيَسْتَرْعِيْهِاللهُرَعِيَّةً،يَمُوتُيَوْمَيَمُوتُوَهُوَغَاشٌّلِرَعِيَّتِهِ،إِلاَّحَرَّمَاللهُعَلَيْهِالْجَنَّةَ(مُتَّفَقٌعَلَيْهِ)
"Tidaklah seorang hamba, yang Allah percayakan kepadanya untuk memmpin suatu masyarakat, kemudian ia meninggal, sedangkan ia telah berlaku curang (menipu) kepada mereka, maka Allah akan mengharamkan surga baginya." (Muttafaq 'Alaih).
Dalam mengemontari hadis tersebut, Ibnu Baththal berkata: "Hadis ini berisi ancaman yang keras terhadap pemimpin-pemimpin yang zhalim. Barangsiapa yang menyia-nyiakan amanah yang Allah telah percayakan kepadanya, niscaya Allah akan memintanya untuk membayar lunas seluruh amanah tersebut pada hari kiamat; maka bisakah ia membersihkan diri dari segala kejahatan yang ia lakukan terhadap umat yang besar ini?"
Ibnu Taimiyah dalam Kitabnya As-Siyasah Asy-Syar'iyah mengatakan: “Sesungguhnya hadis-hadisNabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallammenunjukkan bahwa kepemimpinan itu adalah amanah yang wajib ditunaikan. Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَاضُيِّعَتِاْلأَمَانَةُفَانْتَظِرِالسَّاعَةَ،قِيْلَ: وَمَاإِضَاعَتُهَا؟قَالَ: إِذَاوُسِّدَاْلأَمْرُإِلَىغَيْرِأَهْلِهِ،فَانْتَظِرِالسَّاعَةَ
"Apabila amanah ini telah disia-siakan, maka tunggulah …(bahwa itu tanda) datangnya hari kiamat (telah dekat). Sahabat bertanya, "Bagaimanakah amanah itu disia-siakan ?" Beliau bersabda, "Jika suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah …(bahwa) kiamat (telah dekat).” (Hr. al-Bukhari)
Hadirin rahimakumullah.
Sekiranya seorang pemimpin telah mampu berlaku adil dan mewujudkan perbaikan dalam kehidupan beragama dan sosial masyarakatnya, makahari-hari yang dilaluinya akan dipenuhi pahala, dan setiap harinya dianggap lebih baik daripada beribadah selama masa 60 tahun.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
يَوْمٌمِنْإِمَامٍعَادِلٍأَفْضَلُمِنْعِبَادَةِسِتِّيْنَسَنَةً
"Satu hari yang dilakukan oleh pemimpin yang adil, maka itu lebih baik daripada beribadah 60 tahun."(Hr. ath-Thabrani)
Baca juga : Ramadhan dan Al-Quran...
Namun sekiranya seorang pemimpin berbuat sebaliknya, maka ancaman Allah terhadapnya sangatlah berat.Bagi pemimpin yang menipu dan mencurangi rakyatnya, yang hanya mengedepankan kepentingan pribadi, menumpuk kekayaaan untuk kepentingan golongan dan pendukungnya hingga mengorbankan rakyat yang terus menderita sebab kebijakannya yang tidak adil; ia akan mendapatkan murka Allah dan di akhirat akan dijauhkan kedudukanya dari Allah, yang berarti ia akan dimasukkan ke dalam neraka.Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmidzi dikatakan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ، وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ(رواه الترمذي)
"Dari Abu Sa’id, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya manusia yang paling dicintai Allah pada hari kiamat dan yang dekat kedudukannya di sisi Allah adalah pemimpin yang adil. Dan manusia yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya di sisi Allah adalah pemimpin yang zhalim.” (Hr. at-Tirmidzi)
Sesungguhnya setiap pemimpin adalah wakil Allah di dunia untuk mengatur kehidupan manusia. Maka ia akan dimintai pertanggungjawaban ataskepemimpinannya. Ia harus bertanggungjawab di hadapan rakyat dan juga di hadapan Allah subhanahu wata'ala.
Oleh : Ust. Muhammad Abdulloh Solihun (Bidang Pendidikan dan Pesantren, PW IKADI DIY)