Menengguk hikmah dari kisah Nabi Ibrahim AS...


Ma’syiral Muslimin rahimakumullaah … 

Setiap datangnya Hari Raya Iedhul Adh-ha, kita senantiasa mengingat kembali kisah perjalanan hidup Nabiyullah Ibrahim alaihissalam dan keluarganya.Perjalanan hidup yang tidak sekedar menjadi dongeng indah yang kita ceritakan turun-temurun kepada anak cucu kita, tetapi menjadi hikmah nyata yang harus kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Maka sangat wajar apabila bapak para Nabi itu mendapatkan gelar sebagai Khalilullah, kekasih Allah, kareha kisah hidupnya penuh dengan nilai-nilai kepahlawanan dan keteladanan. 


Setidaknya ada tiga hikmah yang bisa kita ambil dalam perjalanan kehidupan NabiIbrahim alaihissalam; 

Hikmah pertama; Keteladanan.Telah ada keteladanan dalam diri Nabiyullah Ibrahim alaihissalam sebagaimana firman Allahsubhanahu wata'ala:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia" (Qs. Al-Mumtahanah: 4).

Manusia yang menjadikan para Nabi sebagai teladan adalah mereka yang senantiasa menyelaraskan hidupnya dengan kebenaran yang dibawa para Nabi.Mereka mengakui kebenaran risalah para Nabi, kemudian menyesuaikan pribadi dan perilakunya seperti perilaku para Nabi. Jika mereka jauh dari kebenaran, maka mereka akan selalu berusaha untuk mendekat kepada kebenaran. 

Sedangkan manusia yang tidak menjadikan para Nabi sebagai teladan, maka mereka mengingkari kebenaran risalah para Nabi dan memaksa kebenaran itu mengikuti keinginannya. Jika kebenaran itu sesuai keinginan nafsunya, maka mereka akan mendukungnya. Sebaliknya, jika kebenaran itu bertentangan dengan nafsu dan kepentingannya, maka mereka tidak menerimanya, mengingkarinya atau mencari cara lain untuk memaksa kebenaran mengikuti dirinya.  

Sejarah telah mencatat orang-orang yang memaksa kebenaran untuk mengikuti nafsunya. Diantaranya adalah nabi palsu Musailamah bin Hubaib al-Hanafi dari negeri Yamamah atau yang dikenal sebagai Musailamah Al-Kadzdzab. Musailamah tidak mengingkari kenabian Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tetapi dia menganggap dirinya juga sebagai Nabi seperti Muhammad.Ia juga mengklaim bahwa Alqur’an adalah wahyu yang diturunkan untuk dirinya. Itulah Musailamah yang memaksa kebenaran risalah para Nabi mengikuti keinginan nafsunya. 

Berikutnya ada Nabi palsu dari India yang bernama Mirza Ghulam Ahmad dengan gerakan Ahmadiyah-nya.Sebagian pengikutnya memuja dan menganggapnya sebagai al-Masih al-Mau’ud (Isa al-Masih yang dijanjikan).Sedangkan di Indonesia pernah ada Ahmad Mossadeq, Lia Aminudin, Ali Tataeng dan lain-lain. Merekalah manusia yang mengingkari kebenaran risalah para Nabi dan berusaha mencari tafsir lain untuk membenarkan keiginan nafsunya. Sementara tidak sedikit pula manusia  yang berbondong-bondong menjadikan mereka sebagai teladan dalam kehidupan. Na’udzubillaaahi min dzaalik.  


Gerakan serupa yang lebih bernuansa ilmiah bernama Orientalisme yang mengalami puncaknya setelah terjadinya perang Salib.Secara umum, Orientalisme menurut Edward Said adalah gerakan para pemikir barat untuk mempelajari dunia timur termasuk dunia Islam, dengan anggapan bahwa dunia timur itu bodoh dan terbelakang, sedangkan barat itu pandai dan berperadaban. Para orientalis memaksa orang timur supaya berfikir dan mempunyai gaya hidup seperti mereka, sehingga orang timur menjadi bangsa yang beradab. Mereka juga memaksa supaya Islam dan kaum Muslimin berkiblat kepada mereka, baik cara berfikir, bertutur kata, bersikap dan juga dalam menerapkan apa yang disebut “metodologi ilmiah”. 

Mereka menampilkan tokoh-tokohnya yang dianggap sebagai pemikir besar setara dengan para Nabi seperti Ignaz Goldziher, Louis Massignon, Snouck Hurgronje dan lain-lain. Kemudian pemikiran mereka dipublikasikan secara massif melalui media massa dan dunia akademis. Para pengabdi orientalis ikut mempopulerkan dan memaksa kaum Muslimin berkiblat kepada mereka, yaitu memaksa Islam untuk menyesuaikan dirinya dengan barat supaya modern dan mengikuti zaman. Dengan dasar itu, mulailah ada model gerakan Islam Liberal, model Tafsir Hermeunetika, Re-definisi Islam dll. Tidak sedikit masyarakat yang termakan propaganda Islam model orientalisme ini.Mereka menjadikan pendapat para orientalis sebagai teladan yang ajarannya diamalkan dalam kehidupan dan meninggalkan ajaran Nabinya. 

Dengan Iedhul Adh-ha kali ini, kembali Allah subhanahu wata'ala mengingatkan kita untuk mengambil teladan dari para Nabi; mengikuti cara berfikir, cara bertutur kata, gaya hidup dan juga dalam menerapkan logika metodologi ilmiah sesuai dengan tuntunan mereka.  

Ma’syiral Muslimin rahimakumullaah … 

Hikmah Kedua dari NabiIbrahim alaihissalamadalah: pengorbanan. Datangnya Iedhul Adh-ha mempunyai makna pengorbanan, khususnya adalah pengorbanan keluarga Nabi Ibrahim alaihissalam dalam rangka menjalankan perintah Allah subhanahu wata'ala. Alqur’an menggambarkan beratnya perintah Allah ini dengan firman-Nya:

إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” (Qs. Ash-Shaffaat: 106).


Ujian itu berupa pengorbanan yang terbaik dalam kehidupan keluarga Nabiyullah Ibrahim alaihissalam, yaitu menyembelih putera tercinta.Ujian yang sangat berat bagi Ibrahim, seorang ayah yang harus merelakan putera satu-satunya untuk disembelih dengan pedang.Ujian yang sangat berat pula bagi ibu Hajar, seorang ibu yang telah merawat puteranya sendirian di lembah gersang Makkah, kemudian harus merelakannya diambil kembali oleh Allah.Demikian juga menjadi ujian yang sangat berat bagi Ismail yang harus mempersembahkan nyawa dan kehidupannya. Ini benar-benar sebuah ujian yang nyata dan mereka mampu melaluinya dengan sabar. Allah subhanahu wata'ala menggambarkan dialog antara Nabi Ibrahim alaihissalam dengan puteranya Ismail yang masih berusia kanak-kanak.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai Anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka pikirkanlah apa pendapatmu!"Ia menjawab, "Hai Bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Qs. Ash-Shaffaat: 102).

Jika di hari raya Iedhul Adh-ha ini kita mempersembahkan binatang Qurban, tentu saja pengorbanan kita tidaklah sebanding dengan apa yang telah dikorbankan keluarga Nabiyullah Ibrahim. Untuk itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dengan bahasa yang sangat tegas bagi mereka yang sebenarnya mempunyai kelapangan rezeki tetapi tidak mau berkorban. Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلا يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
“Siapa yang memiliki kelapangan (harta) tapi ia tidak menyembelih kurban maka jangan sekali-kali ia mendekati mushalla kami” (Hr. Ahmad).

Binatang Qurban yang kita sembelih merupakan simbol supaya kita bersedia mengorbankan apa saja yang terbaik bagi Allah Ta’ala. Jika mengorbankan harta, maka semestinya kita mengorbankan harta terbaik yang kita miliki.Jika kita mengorbankan tenaga, maka kita persembahkan tenaga terbaik untuk Allah subhanahu wata'ala.Demikian pula jika kita berkorban waktu, pikiran, perasaan bahkan sampai mengorbankan nyawa kita.Semuanya kita berikan yang terbaik untuk Allah subhanahu wata'ala. 

Seringkali yang terjadi sebaliknya.Jika kita berkorban untuk Allah subhanahu wata'ala, maka kita berikan yang tersisa saja.Tenaga sisa, waktu sisa, pikiran sisa, perasaan sisa dan harta sisa.Sedangkan untuk dunia kita persembahkan segala hal yang terbaik.Na’udzubillaahi mindzaalik …

 
Ma’syiral Muslimin rahimakumullaah … 

Hikmah Ketiga dari Nabi Ibrahim alaihissalam adalah: keikhlasan. Semua pengorbanan yang dipersembahkan Nabi Ibrahim alaihissalam hanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah subhanahu wata'ala.Tidak ada tujuan dunia yang dicari Nabi Ibrahim, baik popularitas, elektabilitas, jabatan, kekuasaan, kursi, harta dan keuntungan dunia lainnya.Dengan itulah Allah subhanahu wata'ala menempatkan Nabi Ibrahim pada tempat yang mulia di sisi-Nya. Allah telah berfirman:
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
“Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya” (Qs. An-Nisaa’: 125).

Di hari raya Iedhul Adh-ha ini, kaum Muslimin berbondong-bondong menyembelih hewan Qurban sebagai bukti pengabdian dan pengorbanannya kepada Allah.Qurbanyang diterima Allah adalah yang dilakukan dengan keikhlasan dan ketakwaan. Karena sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala sama sekali tidak membutuhkan darah, daging, tanduk, kepala, kulit dan bulu hewan Qurban. Tetapi yang diterima di sisi Allah adalah ketakwaan kita. Allah subhanahu wata'ala berfirman:

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya” (Qs. Al-Hajj: 37).

Keikhlasan adalah dasar dari amal kita. Jika kita menjalankan amal dengan tidak ikhlas, maka tidak akan diterima Allah subhanahu wata'ala. Makna ikhlas adalah meluruskan niat kita untuk beramal hanya karena Allahsaja, bukan karena selain-Nya.Godaan dunia yang sangat kuat seringkali menyebabkan seorang Muslim beramal untuk dunia, bukan untuk Allah.Ada orang yang menampakkan penampilan sederhana supaya mendapatkan popularitas, ada yang menampakkan ibadahnya supaya dianggap orang shalih, ada yang menonjolkan prestasi kerjanya supaya dianggap cerdas, ada yang menampakkan empati dengan membantu orang kesusahan untuk melestarikan jabatan dan lain-lain. Semua amalan yang tidak diniatkan karena Allahakan tertolak.

Ma’syiral Muslimin rahimakumullaah … 

Negeri kita akan menjadi negeri yang makmur, gemah ripah loh jinawi, tata tenteram karta raharjo, baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, jika ulama dan umara’nya menjaga keihklasan dalam menjalankan tugasnya. Tetapi jika mereka memperebutkan dunia, berebutan harta dan kedudukan, maka negeri kita akan hancur berantakan dan menjadi jarahan bangsa asing dan aseng. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

((يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا)) فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ:((بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ. وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ)). فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ:((حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ))

“Hampir saja para umat manusia mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”.Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?”Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak.Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?”Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.”(Hr. Abu Daud).

Ma’syiral Muslimin rahimakumullaah … 

Marilah kita senantiasa berharap dan berdoa kepada Allah subhanahu wata'ala, semoga hikmah keteladanan, pengorbanan dan keikhlasan dalam diri Nabiyullah Ibrahim alaihissalam dapat menjelma dan terwujud di dalam diri kita.Aamiin ya rabbal alamin.

Oleh : Ust. Endri Nugraha Laksana, S.Pd.I
Ketua PW Ikadi DIY
  
 

Luar biasanya Al-Quran...

Membaca Al Quran tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu. Secara hitungan matematika dunia, me...

ARTIKEL POPULER