Kemerdekaan hakiki...

Ma’asyiral muslimin rahikumullah…

Hari ini, kita sebagai sebuah bangsa telah sampai pada usia ke-73 tahun kemerdekaan. Berbagai perayaan dan event telah diselenggarakan sebagai ekspresi kegembiraan menyambut hari yang sangat bersejarah ini. Kibaran bendera merah putih di hampir setiap rumah menambah kemeriahan suasana kemerdekaan dalam hati setiap anak bangsa. Rasa syukur juga tidak luput terhaturkan kepada Allah atas karunia yang sangat besar ini ; atas kehendak-Nya kita sebagai bangsa dapat terlepas dari jerat penjajahan yang telah membelenggu kemerdekaan hidup berabad lamanya. Satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan di tengah hiruk pikuk perayaan kemerdekaan ini adalah jasa para pahlawan yang telah berjuang dengan segenap jiwa raga demi bebasnya tanah air tercinta.


Dengan adanya kemerdekaan, kita bebas menentukan pilihan-pilihan hidup atas kehendak sendiri. Tidak ada lagi paksaan atau belenggu yang mengekang keinginan dan cita-cita, karena kemerdekaan sejati hakikatnya adalah kondisi yang tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, sebagaimana yang termaktub di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sungguh makna ini selaras dengan hakikat keimanan di dalam Islam. Sebagaimana yang diucapkan oleh Rib’i bin Amir di hadapan Rustum, sang penguasa Persia. Dengan gagah diaberkata,


اَللَّهُ ابْتَعَثَنَا لِنُخْرِجَ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ إِلَى عِبَادَةِ رَبِّ الْعِبَاد، وَمِنْ ضِيْقِ الدُّنْيَا إِلَى سَعَتِهَا، وَمِنْ جُوْرِ اْلأَدْيَانِ إِلَى عَدْلِ اْلِإسْلَام.

“Allah mengutus kami untuk membebaskan siapa saja yang Dia kehendaki dari penghambaan terhadap sesama hamba kepada penghambaan kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dari kezaliman agama-agama kepada keadilan Islam.” (Hr. ath-Thabari dalam Tarikh al-Umamwa al-Muluk)


Kalimat-kalimat itu dengan tegas mengalir dari lisan Rib’i bin Amir, bahkan di hadapan penguasa besar sekalipun, karena iman yang bersemayam di dalam hatinya telah menjadikannya manusia merdeka.

Beriman kepada Allah artinya membebaskan diri dari semua belenggu yang mengekang. Iman mensyaratkan ketundukan dan penghambaan kepada selain Allah harus disingkirkan. Itulah makna kalimat la ilahaillallah, yang kita pahami. Dalam Islam semua ibadah dan aktivitas yang dilakukan adalah bentuk ketundukan dan penghambaan kepada Allah, yang terlepas dari semua ikatan yang berkaitan dengan dunia. Sedikit saja seseorang melenceng dari makna itu, maka menjadi sia-sia semua yang dilakukannya. 


Hal terpenting lainnya dari hakikat kemerdekaan adalah perasaan dan suasana yang mengiringi setelahnya. Dia adalah buah dari kemerdekaan. Semestinya kemerdekaan menghasilkan perasaan aman dan bahagia. Semua ancaman dan gangguan tidak lagi ditakuti, karena manusia merdeka selalu memiliki keberanian, optimisme, dan kepercayaan diri. Inilah mentalitas manusia merdeka, yaitu mereka yang menyandarkan keyakinannya hanya kepada Allah. Bukankah Allah telah berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih ; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu. (Q.s. Fushshilat: 30).

Ayat ini menyatakan bahwa iman yang diiringi keistiqamahan adalah sebab yang dapat membebaskan seorang hamba dari rasa takut dan sedih. Jiwanya merdeka, karena Allah menjadi satu-satunya tujuan hidup. Dia tidak mau tunduk terhadap hawa nafsunya dan tidak mau menyerah kepada rayuan dunia. Setan pun, bahkan tidak lagi berdaya menghadapinya.Tidak ada rasa takut di dalam hatinya, sebab dia yakin Allah yang Maha Kuat senantiasa membersamainya. Dan tidak pula ada rasa sedih, sebab dia yakin setiap peristiwa yang terjadi adalah atas kehendak Allah untuk kebaikan dirinya.


Orang-orang yang beriman menjadi manusia merdeka sebab jiwanya tidak mau menghamba pada dunia, tidak mau diperbuda khawa nafsu, dan tidak mau menjadi pengikut syetan. Maka, semakin kuat iman kita, semakin terbebas kita dari semua belenggu yang mengekang. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk semakin memperkuat iman. Pertama, menambah pengetahuan yang berkaitan dengan Allah, Rasul, dan kitab-Nya.Kedua, memperbanyak amal salih dan memperdalam ketaatan kepada Allah. Ketiga, selalu mengingat Allah dalam setiap kondisi dan keadaan.

Semoga momentum peringatan hari kemerdekaan Indonesia yang kita rayakan sekaligus mengingatkan kita pada makna kemerdekaan yang hakiki, yaitu keimanan yang berbuah rasa aman dan bahagia. Karena tidak begitu berarti rasanya jika kemerdekaan hanya sebatas fisik, sedangkan hati tidak menemukan rasa aman dan bahagia. Maka mari kita jaga kemerdekaan bangsa ini dengan memberikan karya da nkontribusi yang terbaik, dan mari kita jaga kemerdekaan di hati kita dengan memegang teguh keimanan dan terus memperkuatnya dari hari ke hari. 


Oleh : Ust. Deden A. Herdiansyah, M.Hum. 
(Bidang Pelatihan dan Dakwah, PW IKADI DIY)
 


Luar biasanya Al-Quran...

Membaca Al Quran tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu. Secara hitungan matematika dunia, me...

ARTIKEL POPULER