Berjuang bersama rakyat Palestina...

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Nun jauh di sana sebuah negeri Muslim masih terkungkung dalam tembok besar penjajahan, di saat hampir seluruh dunia telah menghirup udara kemerdekaan. Rakyatnya berteriak menuntut keadilan, tetapi dunia bungkam seakan kehilangan logika, perasaan dan kekuatan untuk melakukan sesuatu yang berarti bagi mereka. Tujuh puluh tahun sudah tanah mereka dirampas, hak mereka dikebiri, dan hidup mereka ditindas. Jutaan jiwa telah gugur sebagai penebus kebebasan. Banjir darah dan air mata telah tertumpah sebagai penyubur perjuangan. Namun, tampaknya semua itu belum cukup untuk menebus kemerdekaannya. 

Kita mengenal negeri itu sebagai Palestina; negeri para nabi dan rasul. Tanahnya yang diberkahi adalah tempat berdirinya Baitul Maqdis, kiblat pertama umat Islam. Dahulu, selama bertahun-tahun Rasulullah dan para shahabat shalat menghadap ke arahnya. Ke sana pula Rasulullah diperjalankan oleh Allah dalam peristiwa Isra` Mi`raj. Di dalamnya Rasulullah memimpin shalat, mengimami para nabi dan rasul. Itulah masjid yang mulia, yang bagi umat Islam shalat di dalamnya memiliki nilai 500 kali lebih istimewa dibandingkan dengan shalat di masjid lainnya, selain Masjid Al-Haram dan Masjid An-Nabawi.  

Hari-hari ini situasi di Palestina semakin mencemaskan dengan adanya rencana pemerintah Amerika Serikat memindahkan kedutaannya di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, bertepatan dengan peringatan 70 tahun berdirinya negara Israel. Rencana ini merupakan tindak lanjut yang lebih konkret dari pernyataan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, pada 26 Desember tahun lalu yang menyatakan Yerusalem sebagai ibukota Israel. Bagaimanapun rencana ini telah membuat situasi di Palestina semakin memanas dan mengkhawatirkan. Maka, atas peristiwa ini umat Islam kembali dipanggil untuk memberikan pembelaannya bagi Palestina. 

Untuk kesekian kalinya umat Islam kembali diberikan kesempatan oleh Allah untuk menunjukan hakikat dirinya sebagai umat yang satu (ummatan wahidah). Karena sesungguhnya umat ini satu sama lain telah disatukan dalam ikatan persaudaraan iman sejak dari awal. Sebagaimana firman Allah:“Sesungguhnya orang-orang beriman itu adalah bersaudara…” (Q.s. Al-Hujurat: 10). Dalam ikatan ini sepatutnya ekspresi yang tercipta antar sesama Muslim adalah sesuai dengan hadits Rasulullah:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur dan merasakan demam. (H.r. Muslim).

Adakah perasaan ini hadir di dalam diri kita saat mengetahui kondisi saudara-saudara Muslim kita di Palestina? Menjadikan derita mereka sebagai derita kita. Tangis mereka juga adalah tangis kita. Sakit mereka terasakan pula dalam diri kita. 

Baca juga : Kunci sukses dakwah Rasulullah SAW...

Tiada lain yang melandasi seluruh perasaan ini adalah cinta karena Allah (mahabbah fillah). Mencintai masyarakat Palestina yang berjuang di jalan Allah demi kebebasan Palestina dan Baitul Maqdis, serta mencintai seluruh perjuangan dan bumi mereka. Sungguh kelak di Yaumil Akhir Allah akan mengumpulkan setiap orang bersama dengan orang-orang yang dicintainya. Semoga cinta kita hari ini untuk para pejuang Palestina dapat mempertemukan kita bersama mereka kelak.    

Dari tempat yang jauh ini kita menautkan hati dan pikiran dengan rakyat Palestina, bergerak bersama mereka dan menyatukan langkah dengan mereka. Di sana mereka berjuang dengan jiwa, raga dan harta. Sedangkan di sini kita berjuang dengan dukungan pemikiran, materi, gerakan sosial, dan doa. 

Pada saat yang sama kita juga turut mengutuk bangsa Yahudi yang dengan kepongahannya telah merampas tanah milik umat Islam. Dengan berbagai cara mereka berupaya untuk mewujudkan cita-cita mereka mendirikan negara Israel Raya. Mereka, bahkan tidak segan dan ragu untuk menumpahkan darah dan melakukan pembantaian demi cita-cita itu. Sikap mereka adalah bukti nyata kebenaran firman Allah:

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik... (Q.s. Al-Ma`idah: 82).

Demikian pula sejarah telah menjadi saksi kejahatan dan kelicikan orang-orang Yahudi di masa Rasulullah Saw. Tidak jarang mereka bersekongkol dengan orang-orang musyrik dan munafik untuk berupaya melemahkan dan menghancurkan kaum Muslimin. Namun, tentu saja Rasulullah dan para shahabatnya selalu bersikap waspada terhadap mereka, hingga semua upaya dan konspirasi mereka dapat diatasi dengan sebaik-baiknya. Akhirnya, tiga kelompok besar Yahudi di Madinah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Quraizhah dan Bani Nadhir terusir dari Madinah akibat perbuatan mereka yang culas dan suka ingkar janji.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah…

Semoga peristiwa demi peristiwa yang dialami saudara-saudara kita di Palestina dapat menghadirkan kesadaran di dalam diri, bahwa kita masih memiliki beban dan tanggung jawab yang belum tuntas. Selama Palestina masih berada dalam belenggu penjajahan, selama itu pula beban dan tanggung jawab terpikul di pundak kita. Oleh sebab itu, mari kita berjuang bersama rakyat Palestina dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

Pertama, Kuatkan Barisan. 

Bersatulah wahai kaum Muslimin, dan satukan langkah. Rapatkan barisan dan eratkan tali ukhuwah. Jangan sampai ada celah bagi musuh Islam untuk menyelinap masuk ke dalam barisan kita dan memecah belah persatuan. Bukankah kokohnya barisan termasuk amal yang paling dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (Q.s. Ash-Shaff: 4).

Kokohnya barisan adalah faktor utama dari kekuatan, sedangkan tercerai berainya hati adalah sumber kerapuhan. Maka, berlemah lembutlah terhadap sesama orang-orang beriman (adzillatin ‘alal mu`minin). Jangan biarkan perbedaan-perbedaan yang tidak pokok menghilangkan rasa cinta dan kasih sayang di dalam hati kita.

 
Kedua, Selalu Waspada

Salah satu kelemahan yang ada di dalam diri kaum Muslimin hari ini adalah kurangnya kewaspadaan (’adamul hadzr). Hal ini menyebabkan kaum Muslimin lalai dari tugas dan tanggung jawabnya. Padahal menurut Sayyid Quthb al-hadzr (kewaspadaan) merupakan salah satu arti dari takwa. Dan para musuh Islam selalu menunggu-nunggu kelengahan umat Islam agar dapat menyerangnya dengan mudah. Sebagaimana firman Allah:

وَدَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْ تَغْفُلُونَ عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُم مَّيْلَةً وَٰحِدَةً ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِن كَانَ بِكُمْ أَذًى مِّن مَّطَرٍ أَوْ كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَن تَضَعُوٓا۟ أَسْلِحَتَكُمْ ۖ وَخُذُوا۟ حِذْرَكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ أَعَدَّ لِلْكَٰفِرِينَ عَذَابًا مُّهِينًا

… orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjata dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa atas kamu meletakkan senjata-senjatamu jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu  memang sakit, dan waspadalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu.(Q.s. An-Nisa`: 102).

Ketiga, Optimalkan Perjuangan dan Pengorbanan 

Sudah menjadi sunnatullah bahwa setiap cita-cita harus diraih dengan perjuangan. Seluruh daya upaya harus dikerahkan demi cita-cita yang diinginkan. Maka, demi kemerdekaan Palestina dan bebasnya Baitul Maqdis kita harus mencurahkan pikiran, tenaga, harta dan seluruh sumber daya, karena sungguh Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum tanpa adanya upaya dari kaum tersebut.

إِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Q.s. Ar-Ra’d: 11).

Keempat, Terus Berdoa 

Pada akhirnya, kita menyadari bahwa seluruh ikhtiar dan daya upaya kita selalu memiliki kelemahan, dan hanya Allah yang Mahasempurna dan Mahakuat. Dalam kesadaran inilah kita menyandarkan semua ikhtiar kepada Allah melalui doa-doa yang terpanjatkan. Allah telah berfirman, “…Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (Q.s. Ghafir: 60). Semoga dalam ketidakberdayaan kita sebagai manusia Allah berkenan untuk menolong para pejuang-Nya dan orang-orang yang taat kepada-Nya. Sungguh bagi Allah sangat mudah untuk memberikan kemenangan bagi kaum Muslimin, hanya saja Allah ingin menguji sedalam apa kepasrahan kita kepada-Nya. Dan doa adalah sebentuk bukti kepasrahan itu.

Oleh : Ust. Deden Anjar Herdiansyah, M.Hum (Bidang Pelatihan dan Dakwah, PW IKADI DIY)
 

Luar biasanya Al-Quran...

Membaca Al Quran tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu. Secara hitungan matematika dunia, me...

ARTIKEL POPULER