Mencari model kepemimpinan yang Rabbani...

Sebagaimana kita ketahui, satu tahun ke depan bangsa Indonesia akan melaksanakan hajatan nasional lima tahunan yang kita kenal dengan istilah PEMILU, Pemilihan Umum. Pemilu tahun 2019 adalah Pemilu serentak untuk memilih anggota legislatif (Pileg) dan juga memilih presiden (Pilpres) yang pertama sejak Indonesia merdeka. Oleh karena itu wajar, bila tahun-tahun terakhir ini kita sudah mulai merasakan kehangatan suasana menjelang perhelatan besar tersebut.Karenanya, hendaknya kita bisa ikut berpartisipasi untuk menjaga suasana tetap kondusif serta menjaga ukhuwah dan persatuan bangsa ini. 


Memilih anggota dewan ataupun kepemimpinan nasional dalam sudut pandang Islam tentu bukan sekedar memilih siapa yang akan mewakili atau memimpin bangsa ini. Lebih dari itu, memilih pemimpin berarti memilih nahkoda kapal besar Indonesia yang akan mengarungi lautan luas dan mengantarkan penumpangnya ke negeri yang aman, damai, adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat serta selalu dalam keridhaan Allah subhanahu wata'ala. Alqur’an menyebutnya sebagai “Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghafur”, negeri yang makmur dan dinaungin oleh ampunan Tuhan (QS Saba’ (34): 15). Sudah barang tentu inilah negeri yang menjadi cita-cita perjuangan nenek moyang dan para pahlawan pendahulu kita. 

Jamaah sidang Jum’at rahimakumullah, 

Pada kesempatan Jumat siang ini, kita tidak akan membahas masalah politik praktis, karena memang ini bukan tempat dan saatnya. Khatib hanya akan menyampaikan: bagaimana tipe-tipe kepemimpinan rabbani yang telah dijalankan oleh negeri-negeri yang Allah kisahkan dalam Alquran?Berdasarkan kisah-kisah Nabi dan Rasul dalam Alquran, kita akan mendapatkan beberapa hikmah serta ibrah yang dapat kita jadikan sebagai acuan dalam menjelaskan kriteria pemimpin yang diridhai Allah ta’ala. 

Yang Pertama, tipe kepemimpinan Nabi Musa alaihissalam. 

Dia adalah tipe pemimpin yang kuat lagi dapat dipercaya (al-Qowiyy al-Amiin). Hal ini sesuai dengan firman Allah ‘Azza wa Jalla:

قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Ya Bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS. Al-Qashash:26).

Seorang pemimpin haruslah seorang yang kuat, baik secara fisik maupun non-fisik. Selain itu, ia haruslah orang yang dapat dipercaya. Kekuatan fisik diperlukan karena seorang pemimpin memiliki tanggung jawab yang berat, memerlukan stamina yang prima, serta gerak yang lincah dan gesit untuk menjalankan tugas-tugasnya.Kuat ilmu dan pemikiran diperlukan untuk dapat mengelola sumber daya alam demi kemakmuran rakyatnya. Kuat moralitasnya, agar ia tidak mudah tergoda oleh harta, jabatan, dan syahwatnya. Kuatnya kemauan dan cita-cita mulia, dibutuhkan agar seorang pemimpin dapat menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya. 



Seorang pemimpin juga harus dapat dipercaya oleh rakyatnya, karena ia mengemban amanah yang tidak kecil, tidak sedikit, dan tidak ringan. Kepercayaan yang diterimanya sangatlah besar, sehingga tidak boleh disalahgunakan atau dimanfaatkan untuk kepentingan diri, keluarga, dan kelompoknya. 

Oleh karena itu, sifat pemimpin yang kuat dan dapat dipercaya ini harus ada pada orang yang kita pilih untuk menjalankan urusan-urusan orang banyak, baik kepemimpinan pada tingkat kampung, ketakmiran masjid, kantor, dan sebagainya. 

Yang kedua, kepemimpinan Nabi Yusuf alaihissalam.

 Kisahnya Allah sampaikan dalam surat Yusuf berikut ini: 
 
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.” (QS. Yusuf (12): 55).

“Khozaa`in” berarti gudang makanan dan harta, dan Nabi Yusuf meminta agar ia dijadikan sebagai penjaganya. Dalam konteks kontemporer bisa diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam mengelola kekayaan Negara termasuk sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Sedangkan kata“Hafiidz berarti kemampuan untuk menjaga dan “’Aliim” berarti mempunyai pengetahuan mengenai jabatannya. Artinya, ia adalah orang yang mempunyai kredibilitasdan kompetensi mumpuni sehingga ia yakin mampu melaksanakan amanah yang diembannya dengan baik. 


Dua sifat ini, “Hafiidz” dan “’Aliim” sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin hendaknya pandai menjaga sumberdaya alam dan kekayaan Negara yang dipimpinya, tidak menjual atau menyerahkannya kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab atau berniat menguasainya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.Ia juga harus bisa menjaga sumber daya manusia yang menjadi asset penting dalam kemajuan Negara, sehingga ia akan berusaha mewujudkan persatuan dan kesatuan, menjaga marwah atau kehormatan dan juga wibawa serta harga diri bangsa. Hal ini akan berdampak pada kedudukan Negara yang setara dengan Negara-negara lain, sehingga keberadaannya dihargai dan tidak diremehkan. 

Dia juga harus menjadi seorang yang“‘Aliim”, memiliki tsaqafah atau pengetahuan luas, memiliki pandangan masa depan yang jauh ke depan, bukan hanya kepentingan sesaat atau keberhasilan jangka pendek dengan tujuan supaya mendapatkan pujian dan penghargaan. Bukan kemajuan semu yang tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat, atau bahkan hanya untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. Kesemuanya tentu demi terwujudnya Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. 

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah, 

Selanjutnya yang ketiga adalah kepemimpinan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. 

Allah berfirman:

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.“(QS At Taubah (29): 128).

Ayat ini menunjukan tipe kepemimpinan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallamyang memiliki sifat sangat mulia dan memiliki kepedulian luar biasa kepada ummatnya. 


Beliau merasa sangat sedih jika umatnya ditimpa musibah dan kesulitan, seperti ditimpa kehinaan karena dikuasai dan diperhamba oleh musuh-musuhnya. Sebagaimana beliau juga sangat khawatir jika umatnya ditimpa azab yang pedih di akhirat nanti. 

Beliau sangat menginginkan umatnya mendapat taufik dari Allah, bertambah kuat imannya dan bertambah baik keadaannya. Keinginan beliau ini juga dilukiskan oleh Allah subhanahu wata'aladalam firman-Nya dalam ayat yang lain:

إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
“Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong.” (Q.S. An-Nahl: 37).

Beliau sangat belas kasih dan amat penyayang kepada kaum muslimin (Ra-ufur Rahiim). Keinginannya ini tampak pada tujuan risalah yang disampaikannya, yaitu agar manusia hidup berbahagia di dunia dan di akhirat nanti. Rasa sayang Rasulullah Muhammad diwujudkan dalam kesiapan beliau menanggung segala resiko dalam usaha untuk memastikan risalah yang dibawanya sampai kepada seluruh manusia, sehingga mereaka akan terselamatkan di akhirat. 

Ketiga sifat ini hendaknya dimiliki seorang pemimpin, sehingga semua kebijakan yang disusunnya benar-benar bertujuan untuk menyejahterakan rakyak serta mewujudkan kemakmuran dan kebaikan untuk Negara dalam semua bidang kehidupan.Jika pemimpin sudah tidak memiliki rasa kasih dan peduli kepada rakyatnya, maka yang terjadi adalah kebijakan yang serampangan yang hanya bertujuan untuk mengambil sebanyak-banyaknya keuntungan dan kekayaan untuk diri atau kelompoknya, tanpa mempedulikan nasib orang-orang yang terzalimi karena kebijakan yang dibuatnya. 

Semoga penjelasan mengenai tipe-tipe kepemimpinan para Rasul dapat kita jadikan acuan dalam menunaikan hak dalam memilih para pemimpin pada semua levelnya, terutama pada perhelatan akbar Pileg dan Pilpres 2019. Dan semoga Allah ta’ala menganugerahkan kepada kita para pemimpin yang mempunyai karakter kepemimpinan seperti para Nabi dan Rasul, amin ya rabbal alamin.

Oleh::Ust. Wahyudin, S.Pd.I (Sekretaris I, PW IKADI DIY)


Luar biasanya Al-Quran...

Membaca Al Quran tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu. Secara hitungan matematika dunia, me...

ARTIKEL POPULER