“Kami telah menurunkan Al-Quran kepada kalian dengan membawa kebenaran, membenarkan kitab sebelumnya, serta menjadi pengontrol terhadap kitab-kitab yang lain. Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang telah Allah turunkan.” (Al Maidah : 48)
Diantara ceramah-ceramah Maulid Nabi yang sering kita dengar, adalah rahasia pertama mengenai kemenangan dan kejayaan dakwah Islam itu ternyata bukanlah pada banyaknya proyek yang dilakukan oleh kaum muslimin pertama, dan juga bukan akurasi sistem yang disampaikan kepada mereka, kita yakin bahwa sistem Islam datang sebagai sistem yang sederhana dan amalan-amalan yang mesti dipikul oleh orang-orang muslim merupakan amalan-amalan yang mudah.
Orang-orang muslim tidak memiliki detail undang-undang sebagaimana yang dimiliki Romawi, tidak memiliki kemajuan peradaban sebagaimana dimiliki persia, tidak juga sebagaimana kaum sufi India, namun demikian mereka dapat memenangkan dakwahnya dengan gilang gemilang. Suatu kemenangan yang menggetarkan panggung sejarah dan membingungkan zaman.
Rahasia kemenangan dan kejayaan ini terpusat dan terbatas pada 3 prinsup fikrah yang tertanam dan menancap di dalam jiwa pendahulu kita –ridwanullah ‘alaihim-, ketiga hal ini wajib menjadi orientasi pemikiran kaum muslim.
Baca juga : Problematika ummat...
Fikrah pertama, berupa sikap ta’ashshub (fanatik) terhadap risalah, tanpa diikuti oleh rasa lemah dan lesu, merasa lebur bersama risalah ini dan merasa unggul dengannya, sehingga tidak membutuhkan risalah lain, baik dalam bentuk mempersamakan atau membanding-bandingkan, ini bukan berarti melakukan permusuhan terhadap orang lain.
Al Quran sejak semula telah menanamkan keyakinan ini dalam jiwa mereka, yang kemudian dikokohkan lagi oleh Nabi SAW di dalam hati mereka, mereka pun meyakini bahwa risalah yang ada dihadapan mereka merupakan risalah yang paling mulia, paling tinggi dan paling sempurna. Ia adalah kebaikan, sedangkan lainnya adalah keburukan. Ia adalah kebahagiaan, sedangkan selainnya adalah kesengsaraan.
Fikrah kedua yang telah ditancapkan oleh risalah ini di dalam jiwa kaum mukminin adalah merasa bangga dengan kesempurnaan risalah Islam di antara risalah-risalah lainnya, mereka meyakini bahwa risalah yang ada di hadapan mereka merupakan sistem yang integral, yang menyatukan segala yang mereka kehendaki berupa aspek kehidupan dunia, serta menancapkan di dalam ruh mereka bahwa mereka adalah manusia yang paling tinggi, paling utama dan paling mulia.
Allah SWT berfirman, “Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan untuk manusia, kalian memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.” (Ali Imran : 110), “Demikianlah Kami telah menjadikan kalian sebagai ummat pertengahan agar kalian menjadi saksi atas manusia lain, dan Rasul pun menjadi saksi atas perbuatan kalian.” (Al Baqoroh : 143), “Dia telah memilih kalian, dan Dia sekali-kali tidak menjadikan suatu kesempitan pun dalam urusan agama ini buat kalian.” (Al Hajj : 78).
Fikrah ketiga, Al Quran yang mulia telah menghapus kata “Putus asa” di dalam jiwa mereka, diganti dengan prinsip bahwa mereka adalah golongan yang mendapat pertolongan dan pengokohan. Kemenangan ini bukanlah semata-mata karena bilangan dan bekal persiapan, juga bukan karena kekuatan.
Baca juga : Penuhilah janjimu...
Namun kemenangan itu karena peneguhan dari sisi Allah SWT terhadap diri mereka. “Sesungguhnya telah berlaku kata keputusan kami bagi hamba-hamba kami yang menjadi Rasul, bahwa sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapatkan pertolongan, dan sesungguhnya tentara kami itulah yang pasti menang.” (Ash Shaffat : 171-173). “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang mengerjakan amal shalih, bahwa dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Dan, sungguh Dia juga akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridlaiNya untuk mereka, serta benar-benar akan menukar keadaan mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.” (An Nur : 55), “Sesungguhnya kami akan menolong (memenangkan) Rasul kami dan juga orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan juga orang-orang yang beriman dan pada hari berdirinya saksi-saksi (pada hari kiamat).” (Al Mukmin : 51).
Ini bukan berarti bahwa mereka tidak melakukan persiapan, bahkan sudah berlaku kehendak Allah bahwa kekuatanNya berjalan di balik usaha. Oleh karena itu, Dia menekankan agar kita mengadakan persiapan. “Persiapkanlah untuk menghadapi mereka berupa kekuatan apa saja yang kalian sanggupi, dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang, yang dengan persiapan itu kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian.” (Al Anfal : 60).