Arti seorang sahabat...

“Dan katakanlah bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu. Kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan nyata, kemudian ia akan mengabarkan kepada kamu apa saja yang dahulu kamu lakukan.” Kata Ergun sambil menutup mushaf Quran yang dipegangnya.

“Ibu-ibu yang dimuliakan Allah itulah sepenggal firman Allah yang termaktub dalam surat At Taubah ayat 105, yang cukup menggambarkan bagi kita, bahwa Allah SWT akan memberikan suatu hasil setelah kita melakukan usaha, apapun perkerjaan kita, apabila kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan optimal, Insya Allah, Allah dan orang-orang mukmin disekitar kita akan menghargainya. Ingat, pada awal paruh abad perkembangan daulah Islamiyah, kaum muslimin pertama telah keluar dari jazirah Arab sebagai dai dan pemberi petunjuk yang memberi kabar gembira dan peringatan. Allah berikan kepada mereka taufik untuk menyebarkan Islam di sebagian besar penjuru bumi.



Hal itu telah terjadi dalam waktu tidak lebih dari setengah abad. Yang tentunya semua ini adalah karena usaha keras para pejuang-pejuang dakwah yang istiqomah dan simultan menyebarkan Islam hingga ke penjuru negeri, usaha mereka tidaklah mudah, ejekan dan tindakan keji sering mereka terima. Namun dengan niat yang lurus dan bimbingan Allah melalui Rasulnya, usaha keras mereka berhasil, hingga sekarang kita rasakan cahaya Islam sampai di hati ibu-ibu sekalian.” Kata ergun sambil memandang wajah ibu-ibu yang mengikuti kajian ta’lim ahad sore di sebuah dusun padat di daerah kuningan.

“Ibu-ibu yang dimuliakan Allah, usaha kita tidak selamanya sukses, usaha kita tidak selamanya dapat kita nikmati dalam jangka waktu yang lama, namun dengan usaha yang sering kita lakukan dengan niat yang ikhlas dan sungguh-sungguh, walaupun hanya untuk memperoleh sesuap nasi demi menghidupi keluarga. Insya Allah, Allah akan membalasnya dengan hikmah yang tidak terduga suatu saat nanti. Ibu-ibu yang Insya Allah dimudahkan urusannya oleh Allah, ada sebuah pesan yang dapat kita simpulkan dari ta’lim pekan ini, tidak semua jenis usaha yang kita lakukan sukses pada akhirnya, namun usaha yang sukses adalah usaha yang tetap simultan dan berkesinambungan, karena keberhasilan kita didunia, selain didukung oleh usaha yang maksimal, juga didukung oleh bantuan orang-orang disekitar kita, jangan lupa selingi usaha kita dengan doa, karena 50% keberhasilan adalah dari doa.” Kata ergun yang diikuti dengan doa penutup dan diamini oleh ibu-ibu peserta ta’lim pekanan.

Sesi selanjutnya adalah sesi tanya jawab, tampak beberapa ibu-ibu bersemangat memberikan pertanyaan kepada sang dai muda yang sudah beberapa kali mengisi kajian pekanan mereka, sesekali ergun membuka mushaf quran atau kitab hadist riyadhus shalihin yang sengaja dibawanya untuk menambah materi  dalam menjawab pertanyaan Ibu-ibu yang kritis. Diseberangnya nampak seorang akhwat berkaca mata mengamati dan mendengarkan apa saja yang disampaikannya dengan seksama.

Sambil sesekali mengamati wajah ibu-ibu yang antusias, kadang kala ia mencatat pertanyaan-pertanyaan yang menarik, diambilnya sebuah tas kecil dari pangkuannya, sebuah kertas kecil berbungkus plastik bening bermotif bunga kamboja diambilnya dari dalam tas.

Akhwat itu adalah seorang murid yang sedang belajar untuk menggantikan ergun sang dai muda untuk mengisi kajian ta’lim rutin pekan depan, ia adalah salah satu penerima beasiswa yang dibekali pengetahuan untuk mengisi taklim rutin pekanan ibu-ibu majelis binaan program dari sebuah lembaga sosial di kota Semarang, sambil sibuk mencatat hal-hal penting yang ditemuinya, kadang kala ia mengamati gerakan tangan dan gerakan mulut ergun sambil sesekali ia menaikkan tangkai kaca matanya yang melorot hingga ke ujung hidung, sebenarnya ia merasa capek, karena hari ini ia beraktivitas hampir 12 jam tanpa henti. Mulai dari subuh, ia melakukan aktivitas harian rutin, yaitu mencuci bajunya yang semakin lama semakin menumpuk di kamar kost, bila tidak ia cicil mulai sekarang, lambat laun kamarnya akan dipenuhi dengan baju-baju kotor dan bau yang tak sedap, setelah selesai mencuci baju ia kemudian  berangkat kuliah hingga siang hari. Setelah shalat dan tilawah quran, aktivitas selanjutnya adalah mengikuti syuro PH Rohis di kampus.

Baru pada sore harinya ia mendapatkan pelatihan mengisi ta’lim ibu-ibu sesuai daerah pembagian kelompok binaan yang kemarin dirapatkan di kantor Pendayagunaan Ummat. Capek memang, namun demi mendapatkan ilmu ia jalani hari-hari mudanya untuk berdakwah dan berjihad demi tetap tegaknya izzah Islam di bumi Allah.

Sungguh heroik usahanya, untuk mencapai tempat ta’lim tersebut, tak terbayangkan kalau ia harus jalan kaki hingga satu setengah kilo, lain dengan si ergun, seniornya yang memiliki sepeda montor walaupun butut, tapi bisa bermanfaat untuk bepergian.

“Ada tambahan mbak Arti?.” Kata ergun dengan tiba-tiba.
Akhwat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya sebagai tanda, sebenarnya ia merasa rikuh dan kurang pede mengisi kajian ibu-ibu. Karena ia masih kurang dalam ilmu agama dan muamallah, namun kata seniornya dalam pertemuan kemarin, ia bisa karena biasa. Karena kalau sering mengisi kajian Insya Allah lidah kita akan dilancarkan oleh Allah dan setiap ucapan kita akan lebih mudah dimengerti.

Setelah yakin tidak ada pertanyaan lagi kemudian Ergun menutup kajian sore hari ini dengan memperkenalkan Arti yang sedari tadi diam membeku, dengan sedikit bercanda ibu-ibu mengomentari mereka sebagai pasangan yang serasi, namun dengan ucapan yang halus ergun menjelaskan bahwasanya Arti adalah penggantinya untuk mengisi kajian ta’lim minggu depan, karena mulai minggu depan daiyah Arti adalah pengganti dirinya.

Setelah mengucapkan hamdalah dan doa penutup majelis, ergun menutup ta’lim pekan ini dengan salam. Dipandangnya Arti yang sedari tadi menunduk, diberinya sebuah buku catatan mutabaah yaumiyah ta’lim ibu-ibu kepada Akhwat itu, sambil menjelaskan beberapa point pencatatan yang sekiranya bisa dijadikan patokan keberhasilan program dan sebuah daftar presensi sebagai pegangan. Setelah yakin Arti paham iapun meminta ijin untuk meninggalkan tempat itu. Sebelum pergi, Ergun sempat bertanya kepadanya naik apakah ia ke tempat ini, dengan malu akhwat itu menggelengkan kepala sebagai tanda ia tidak mengendarai kendaraan bermotor, ergun kemudian meminta tolong kepada salah seorang ibu yang mengendarai sepeda motor untuk mengantarkan Arti ke jalan besar agar meringankan ongkos akomodasinya.

Ucapan terima kasih terdengar lirih dari akhwat itu. Ergun dengan cuek menstater motor dan melaju dengan kencang melewati rombongan ibu-ibu yang berjalan.


---

Sudah 1 bulan penuh Arti mengisi kajian ta’lim di daerah itu, sebuah wilayah padat penduduk yang sebagian besar penduduknya adalah orang-orang dari golongan mustad’afiin, rumah-rumah yang dilaluinya rata-rata memiliki tinggi yang sama. Hanya setinggi 2 meter, pernah suatu ketika ia mengisi ta’lim ibu-ibu dalam keadaan sedang banjir rob yang sering menggenangi kota Semarang. Ia sudah merasa biasa  dan tidak terlalu canggung lagi ketika sebuah pertanyaan kritis mengenai fiqih shalat ditanyakan oleh ibu-ibu, yah mungkin karena sudah biasa, seperti yang diungkapkan ergun ketika mengisi kajian pertama kali.

Sudah 2 minggu ini Arti tidak bertemu dengan ergun, karena Ikhwan yang sering memberinya masukan tentang cara mengisi ta’lim ibu-ibu itu ditugaskan ke kota lain yang terkena bencana alam. Aku mulai berpikir kapan aku bisa mendapatkan pengalaman beraktivitas sosial di daerah bencana, dalam hati terbesit doa agar aku bisa dikirim ke daerah bencana itu.

Beberapa hari kemudian terdengar kabar dibutuhkannya relawan pendukung untuk mengisi kajian ruhani di daerah bencana, dengan segera Arti mendaftarkan diri, selain karena ia merasa berpengalaman dalam mengisi kajian ta’lim, ia juga ingin terjun langsung di daerah bencana sesuai dengan doanya beberapa waktu lalu.

Beberapa tahapan test ia ikuti sebagai prasyarat menjadi relawan ke daerah bencana, mulai dari test tertulis hingga test interview ia lalui dengan mudah. Tidak seperti sebelumnya yang pendiam, kini ia adalah Akhwat yang kritis dan cerdas. Sungguh sebuah perubahan yang drastis, semua ini karena pelatihan-pelatihan yang ia ikuti, selain karena ditunjang pengalamannya dilapangan, ia kini adalah salah satu mahasiswa teladan di kampusnya.

Hari pengumuman yang ditunggu telah tiba, ia berangkat ke kantor dengan semangat membaja, ia yakin ia akan lolos dan akan segera dikirim ke daerah bencana tersebut. Dilihatnya dari kejauhan nampak kantor dipenuhi segerombolan orang-orang yang sedang mengantre melihat pengumuman yang ditempel di pintu kantor, setelah beberapa orang meninggalkan tempat itu, kemudian ia mencari namanya dalam daftar tersebut, terlihat namanya tercantum di urutan ke 6, 10 orang urutan teratas akan dikirimkan bersamaan, sedangkan urutan selanjutnya akan dikirimkan secara bergiliran, dibacanya lagi pengumuman yang tertempel pada pintu kantor dengan seksama. “Bagi para relawan yang tercantum pada urutan teratas diharapkan hadir dalam rapat pemberangkatan hari Rabu, tanggal 14 April 2006” dilihatnya tanda tangan dan nama terang si pemberi pengumuman. ‘Ergun’. Sebuah nama singkat.

Hari-hari berikutnya ia pergunakan untuk melatih fisiknya dengan berolah raga, ia mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, ia bahkan rajin membereskan cucian bajunya dengan cepat, karena ia tidak mau urusan sepele mengganggu konsentrasinya, kadang kala ia berkonsultasi kepada dosen wali-nya bagaimana kalau selama 1 bulan ini ia tidak mengikuti perkuliahan. Dengan pelobian yang menggebu akhirnya ia diijinkan, dengan syarat ia memperoleh surat rekomendasi dari ketua jurusan studinya.

Waktu yang ditunggunya tiba, dengan berbekal sebuah tas besar ia berangkat ke kantor, namun sebelum itu ia menyempatkan diri untuk memohon doa kepada ibu-ibu binaannya, semoga ia sehat dan memperoleh hikmah di tempat tujuannya. Dilihatnya kembali jadwal ta’lim yang dipegangnya, semua sudah beres, ia pun mempersiapkan pengganti dirinya sebagai pengisi kajian ta’lim ibu-ibu sementara ia pergi, semua beres, kemudian ia berdoa dengan lembut.

Dilihatnya semua orang yang duduk di meja rapat, ada beberapa relawan yang dikenalnya, namun banyak yang tidak ia kenal, ia arahkan pandangannya ke seorang pemuda berkacamata dan berambut hitam rapi di depannya, pemuda itu nampak lebih gelap, kacamata berbingkai tebal terasa pas menempel di wajahnya, jenggotnya yang rapi dan dahi yang hitam menambah kesan damai dan lembut, tak pernah kutahu ia berkacamata, renungnya.

Sebuah kata-kata salam, syukur dan shalawat untuk Rasulullah SAW digunakannya sebagai pembuka, ia mulai memperkenalkan diri sebagai koordinator relawan dari kota semarang dan mulai menjelaskan kondisi yang akan kami temui ketika berada di sana. Tatapan matanya tertuju pada Arti yang tak asing baginya, Arti segera menundukkan pandangannya, pemuda itupun mengalihkan pandangan ke relawan lainnya.

Penjelasan panjang lebar ia sampaikan dengan seksama, tugas utama kami disana adalah memberikan pembinaan akhlak bagi para korban, mulai dari anak-anak, bapak-bapak hingga ibu-ibu. Beberapa pertanyaan mulai bermunculan, mulai berapa lama kami disana, hingga kontribusi apa yang akan diberikan kepada para relawan.

Dengan tegas pemuda itu mengatakan, tidak ada kontribusi bagi para relawan, selain konsumsi harian yang ditanggung, juga biaya transport, pemuda itu mulai menanyakan kepada kami semua. Bila ada yang ingin mengundurkan diri sekaranglah saatnya, karena bila tidak siap maka di sana kita hanya akan menjadi beban, 1 bulan kedepan kami akan diberdayakan, kamipun diberi kebebasan untuk pulang bila tidak betah di posko penanggulangan bencana.

Arti mendekatkan kedua telapak tangannya ke dada, ia merasakan detakan jantung yang semakin lama semakin cepat, ia lalu berucap lembut, ia akan istiqomah dan berusaha memberikan yang terbaik bagi para korban, ia meyakinkan dirinya bahwa ia adalah orang yang pantas untuk menerima tugas ini. Dan katakanlah bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu!!!. Sebuah ayat quran tiba-tiba terbesit dalam hatinya, ia ingat kembali pertemuan pertamanya dengan ergun. Pemuda yang kini berada di depannya.

2 buah mobil APV hitam datang dengan beriringan, menandakan kami akan segera diberangkatkan. Dilihatnya ergun yang mengenakan sebuah kaos coklat lengan panjang yang agak kotor, nampak celana lapangan yang dipakainya kusam penuh dengan tanah yang kering, pasti ia baru saja sampai di semarang, wajahnya memang nampak kelelahan, tanpa sadar terus diamatinya pemuda itu. Ia mengambil sebuah jaket hitam kusam dikursinya, kemudian ia ambil sebuah tas gunung kuning dan mulai ia kenakan di punggungnya, pemuda itu kemudian berjalan ke sepeda motor butut yang terparkir agak jauh dari pintu kantor, ia nyalakan motornya, nampak sebuah asap putih keluar dari knalpot motor usang itu, kini ia sadar ergun tidak berangkat bersama mereka, mungkin ia pulang dan akan berangkat selang beberapa hari kemudian, pemuda itu nampak lucu dengan helm kuning yang dikenakannya, sambil sesekali meluruskan tasnya ia melihat-lihat sepatunya yang kotor yang ia bersihkan sebentar.

Tiba-tiba pandangan kami bertemu, sebuah senyuman diarahkannya kepadaku, dadaku terasa berhenti berdetak, bulu kudukku terasa berdiri, kupalingkan pandanganku ke tempat lain. Ergun segera melaju dan hilang dari kejauhan.

---

Sudah 2 minggu kami memeras otak dan keringat untuk membantu para korban bencana, relawan semakin lama semakin berkurang, kebanyakan mereka telah meninggalkan posko sebelum masa kontrak selesai, niatan yang terpancar dalam hati mulai menciut, sebuah keputusan berat tiba-tiba muncul dari relung hati Arti, ia ingin pulang.

Pemuda itu selalu tersenyum dan ceria, tidak nampak bekas-bekas kelelahan di wajahnya, dengan ramah ia menggandeng tangan ibu-ibu yang ingin berobat dalam posko kami, sesekali ia bercanda dengan para korban bencana, baik yang laki-laki maupun perempuan. Diajaknya beberapa pemuda untuk masuk dalam posko kami, mereka kemudian duduk didepan komputer sewaan posko, dicarinya file-file yang baru kemarin di downloadnya.

Ia dapatkan beberapa file game mainan FIFA 99 dan beberapa game lainnya seperti shadow, hingga permainan terbaru stars wars. Suara riang membahana. Waktu mulai menunjukkan pukul 9 malam, biasanya pukul itu kami melakukan evaluasi malam dan merancang program kedepan. Mulai kupersiapkan catatan untuk syuro malam ini, mulai rencana esok hari hingga laporan-laporan program yang telah selesai terlaksana.

Kulihat para remaja kampung sudah mulai pulang ke tenda masing-masing, hanya nampak seorang perempuan sedang asyik mengetik di depan komputer sambil ditemani seorang pemuda berkacamata, sesekali mereka nampak tersenyum dan berpandangan, sesekali pula pemuda itu menunjuk monitor komputer layaknya orang yang sedang menerangkan program. Rasa tak nyaman tiba-tiba menghinggapiku, kuhampiri mereka berdua. “Pak Ergun, Afwan syuro evaluasi kapan dimulai?.” Kataku menyela pembicaraan mereka berdua.

Ergun menatapku dan segera mempersilahkan perempuan itu pulang. Rapatpun segera dimulai, rasa panas dan sakit hati tiba-tiba tertanam di dada, jawaban-jawaban yang ku utarakan hampir semuanya berisikan rasa marah dan kecewa terhadap saudaraku tadi, program yang tadinya mau aku utarakan tidak jadi aku utarakan, karena hatiku sedang tidak enak terhadap seseorang.

Syuro posko malam ini terasa hambar, hampir semua permasalahan didominasi oleh laporan ergun, aku yang biasanya memiliki ide-ide cemerlang hanya diam membeku. Malam ini aku tidak bisa tidur, selain ingin pulang ke kos, aku juga merasa kecewa dengan ergun yang kurang menjaga hijab.

Beberapa jam kemudian waktu istirahat tiba, Arti berusaha memejamkan mata, namun bila ia memejamkan mata, tiba-tiba wajah ergun terlintas dibenaknya, sebelumnya ia memang kagum dengan pemuda itu, seorang pemuda yang selalu ceria, sopan dan suka bercanda, namun akan serius dan cerdas bila waktunya berpendapat tiba.

Masih muda dan produktif, namun sayang pergaulan di posko mungkin telah merubahnya. Arti sangat rindu sekali dengan teman-teman kosnya, kajian pekanan yang diikutinya, maupun masakan bu Jai yang sering ia nikmati di kantin kampus, senandung dzikir ia ucapkan beberapa kali, entah kenapa ia belum bisa memejamkan mata dengan lelap. Sebuah niatan kecil tiba-tiba muncul benaknya, diambilnya sehelai kertas dan ditulisnya surat untuk menghilangkan kegundahan hatinya.


---

Pagi ini cerah, seperti biasanya setelah shalat shubuh kami berkumpul untuk mendengarkan tausyiah ustadz yang khusus didatangkan dari Jakarta, setelah tausyiah kami biasanya berdzikir al matsurat dan mulai mengerjakan aktivitas pribadi masing-masing, kulihat ergun duduk bersila menghadap ke kiblat, ia mengambil sebuah mushaf quran dan mulai membaca dengan lirih. Kuberanikan diri untuk mendekatinya, setelah salam kuberikan sehelai kertas yang kutulis tadi malam kepadanya.

Dengan cuek ia menerima dan dimasukkanya kedalam mushaf quran dan ia pun melanjutkan bacaannya, aku kemudian masuk kedalam kamarku dan mengamati dari kejauhan, kubereskan barang-barangku, dan kulipat salinan surat tugas berisikan surat rekomendasi dan tanda pengenal relawan ke dalam tasku.

Ergun mengernyitkan alisnya, dipegangnya dahinya yang tiba-tiba terasa pusing, sesekali ia menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak terasa gatal, ia masukkan mushaf ke dalam tas, ia mengubah posisi duduknya, dimantapkannya lagi bacaan suratnya tadi, sebuah kata-kata pesan sebagian besar termaktub dalam surat itu.

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Kupanjatkan rasa syukur yang tak terkira bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak sekali kenikmatan bagi diri dan keluargaku, rasa syukur yang sesungguhnya menggambarkan afiliansi kebanggaanku sebagai ummat Islam, ummat yang diakuinya sepanjang jaman, tidak pernah lupa pula salamku untuk guruku sepanjang jaman, seorang Muslim teladan dan panutan semua insan, ialah Rasulullah SAW, semoga kita dipertemukannya esok di yaumil akhir dan diperkenankannya kita memandang wajahnya yang suci dan mengikuti langkahnya hingga ke surga firdaus yang indah yang tak tergambarkan di dunia ini.

Sebuah pesan singkat kumemberanikan diri kuhadiahkan kepadamu, seorang Ikhwan kebanggaan ummat yang sangat besar kontribusinya bagi ummat, seorang ikhwan yang mampu menjaga izzahnya dalam kondisi apapun, Inysa Allah, seorang ikhwan yang rela mengorbankan dirinya untuk orang lain, seorang ikhwan yang diterima dan mudah dimengerti perkataannya bagi ummat yang tak mengenal istilah dakwah.

Antum adalah harapan ummat kedepan, namun apa daya, sebagai seorang saudara kadang kala kami lupa mengingatkan antum hingga orang-orang kebanggaan kami, merasakan hilangnya kepercayaan diri untuk mengetahui kebenaran yang ditemuinya, Haq adalah haq dan batil adalah batil, sempat diriku merasa bangga dengan kehadiran diri antum dalam hidupku, sebuah perubahan besar dan mendasar telah membawa dan menempaku untuk siap berjuang menegakkan kalimat Allah di muka bumi.

Sempat sebuah bayangan kehidupan cerah tergambarkan untuk diriku, namun mungkin lingkungan telah merubah antum, selain kurangnya interaksi tarbiyah yang terputus, mungkin pula kurangnya asupan ilmu atau dicabutnya ilmu dalam sanubari antum.

Saudaraku yang Insya Allah dirahmati Allah, tidak ada sebuah ungkapan cinta kepada saudaranya selain ungkapan kecewa untuk antum, sebagai seorang pemimpin haruslah menjaga diri dari tindakan sekecil apapun yang mampu membawa fitnah dan mengurangi kekuatan dakwah dibelakangnya. Sebuah tindakan tidak perlu yang pernah antum lakukan, tidak akan selamanya hilang dari ingatan.

Semoga antum sadar dan saling mengingatkan diri hamba yang lemah dan tidak sempurna ini. Tindakan tidak perlu yang ane maksud adalah kurangnya sikap antum dalam menjaga hijab, kadang kala nampak sering ikhtilat dan berkhalwat dengan orang yang tidak perlu, semoga hati antum tetap terjaga dari panah-panah syetan yang sering mengganggu ibadah kita.

Kita lahir dari rahim yang sama, yaitu Tarbiyah, dengan tarbiyah kita lahir dan berjuang, dalam tarbiyah pula kita diikatkan dalam tali persaudaraan yang takkan terputuskan hingga Allah meridhoi-Nya. Jagalah hati antum dari sifat-sifat syetan, jaga hijab dan kurangi bercanda yang tak perlu, karena orang yang mampu menilai diri antum adalah orang lain.

Semoga engkau dan Allah mengampuni dan memaafkan dosa-dosaku, yang terlalu berharap banyak kepada antum, perbaikilah diri antum, walaupun ane-pun sadar bahwa kita adalah manusia biasa, surat ini adalah surat perpisahanku di posko ini, saudaramu ini sudah tidak kuat menahan gejolak rindu dari kampung halaman, rindu dengan suasana tarbiyah yang mendukung dan rindu dengan saudara yang tetap menjaga izzahnya dimanapun ia berada.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Hamba yang fakir ‘Arti’

Dilipat dan dimasukkannya surat singkat tersebut dalam mushaf qurannya, ergun kemudian memalingkan wajahnya, ditatapnya wajah Arti yang sedari tadi mengawasinya dari balik tirai kamar, mata mereka bertemu, ergun kemudian menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Nampak ergun mengambil Hp dan menuliskan beberapa pesan didalamnya, sesaat kemudian Hp Arti berbunyi dengan lembut.

Diambilnya Hp itu dan dibacanya sebuah pesan singkat didalamnya ‘Afwan & Syukron. Wss.’

Dikumpulkannya semua relawan posko dengan segera, dilihatnya jam posko menunjukkan pukul 7 pagi, waktunya syuro program, semua relawan dengan sigap telah berkumpul di aula posko. Ergun selanjutnya memaparkan program yang sekiranya akan kami laksanakan hari ini, sebuah program yang menarik, para relawan saling bersahutan memberikan masukan bagi kelangsungan program, melihat antusiasnya para relawan lain, aku tidak mau kalah.

Hari ini terasa indah, selain rasa leganya aku karena telah mengungkapkan isi hatiku, juga karena kulihat para relawan yang bersemangat tidak seperti biasanya, bila hari-hari lalu kami cenderung bosan dan monoton, kini kami nampak lebih bersemangat dan kreatif, warga penduduk pun ikut mensukseskan program ini, semakin lama kuurungkan niatanku untuk pulang ke kost, karena kutertarik dengan kesuksesan program ini.

Baca juga : Said bin Zaid...

---

Tak terasa sudah 1 bulan aku beraktivitas mengembangkan posko, keinginanku untuk pulang semakin lama hilang, aku merasakan rasa persaudaraan yang sangat besar dengan warga korban bencana, kadang kala mereka curhat permasalahan sehari-harinya kepadaku, kadang kala mereka menghiburku bila aku merasa kesepian, sudah beberapa hari ini ergun pulang ke semarang, memang tiap hari rabu ia ijin pulang ke semarang dan pulang kembali ke posko hari jumatnya, aku tidak bisa membayangkan berapa biaya yang ia habiskan untuk bolak-balik tiap pekannya.

Ergun nampak dari kejauhan sambil diboncengkan oleh Iwan, salah seorang relawan posko, anak-anak warga yang menunggu kedatangan ergun berteriak kegirangan ketika dilihatnya ergun membawakan beberapa bungkus oleh-oleh bagi mereka, setelah kejadian dulu ergun memang berbeda, tingkahnya nampak lebih dewasa, kurasakan semenjak ia pulang dari semarang tiap pekannya sebuah ilmu baru atau terkadang kata-kata bijak muncul dari dirinya.

Hari ini ia nampak pendiam, aku merasa ia sering mengawasiku. Siang ini tiba-tiba ergun mengumpulkan kami, diungkapkannya hasil rapatnya di Semarang, keberadaan posko akan diperpanjang hingga tahun depan, namun kini orang-orang yang memegang kendali akan diserahkan kepada penduduk lokal yang lebih paham akan potensi lokal, intinya ia mengungkapkan bahwasanya relawan dari semarang sepenuhnya akan ditarik dan dipulangkan kembali.

Rapatpun dibubarkan, ergun selanjutnya memanggilku, ia katakan kepadaku bahwasanya aku harus kembali ke semarang, ada pesan dari Bu Ita katanya, Arti harus pulang ke semarang, karena jamaah lebih membutuhkannya di Semarang, lagian sangat riskan seorang kader tarbiyah tidak mengikuti kajian tarbiyah lebih dari sebulan tanpa alasan dan pengawasan yang jelas. Bu Ita adalah kakak sekaligus guru tarbiyahku, biasanya kami bertemu dan membahas masalah mutabaah yaumiyah maupun perkembangan diriku. Sebenarnya aku kangen pula dengan kelompok Tarbiyahku, Ergun-pun mengijinkanku pulang sore hari ini.

Kukemas barang-barangku dan kutata dengan rapi dalam tas ranselku, siang ini pula aku berkeliling ke warga sekitar posko yang sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri, agak terasa haru ketika mereka memberikan sebuah bingkisan sederhana untukku, kulihat teman-teman posko juga memberikan sebuah bingkisan kenang-kenangan kepadaku, sebuah foto besar bergambarkan seluruh personel posko dari awal hingga akhir, nampak wajahku dalam foto itu terlihat lebih dewasa dan keibuan, entah kapan aku lupa waktu foto ini diambil, yang jelas semua anggota personel posko terekam rapi dalam kenangan itu.

Setelah shalat asar kubulatkan tekadku untuk memenuhi panggilan dakwah dari semarang, rasa enggan pulang ke semarang tiba-tiba muncul ketika kami berpelukan antar relawan akhwat satu dengan yang lain, nampak ergun tersenyum kepadaku dan mengarahkan acungan jempolnya, sebelum meninggalkan posko kubuka mushaf quranku dan kubaca dengan lirih, beberapa tetes air mata mengalir dan menetes di mushafku.

Ergun tiba-tiba muncul di sampingku, kubersihkan air mataku dan berdiri dari duduk, kuterima sebuah bungkusan kecil darinya, sekali lagi ia tersenyum dan memaksaku membukanya nanti diperjalanan, kuucapkan rasa terima kasih kepadanya, tepat pukul 4 sore aku berangkat ke pangkalan bis dan mencari bis yang bertujuan Semarang, tidak dalam waktu lama aku menemukannya, teman-teman posko melambaikan tangan kepadaku, aku duduk tepat di samping kaca depan, kulihat kembali bungkusan dari ergun dan mulai kubuka bungkusan itu.

Sebuah pesan singkat mulai kubaca

Assalamu’alakum Wr.Wb

Syukurku hanya untuk Allah SWT yang telah mempertautkan hatiku dengan Islam, sebuah cahaya suci terasa telah merasuk dalam relung hatiku ketika sebuah kalimat lembut terlantunkan dan tertanam dalam hati seorang muslim yang hanif, kalimat itu adalah shahadat, kalimat penyelamat bagi bangsa dan ummat yang tergiur dengan dunia. Tidak lupa pula salam bagi nabi seluruh manusia dan makhluk di dunia, ialah Rasul panutan ummat, beliau Nabi Muhammad SAW, semoga salam juga beliau sampaikan kepada ummatnya yang sering menyebut namanya dan melaksanakan sunnahnya hingga yaumil akhir.

Sebuah cahaya terasa muncul dari pikiran-pikiran suci yang benar dalam keimanan dan lurusnya hati, kadang kala kulihat cahaya itu muncul dari mulut ummatnya yang hanif dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT.

Sebuah kata terimakasih mungkin pantas aku ucapkan kepadamu, karena dengan dirimulah sebuah kebenaran yang hampir hilang tiba-tiba muncul kembali, engkau adalah seorang saudara dan sahabat, engkau adalah salah satu penyejuk hati ummat tatkala ummat kehilangan arah, dan engkau adalah kunci lahirnya peradaban baru dari rahim seorang Ibu yang dipilih oleh Allah, Insya Allah, Insya Allah, Insya Allah, Allah akan memudahkan semua urusan dan doa-doamu, dengan dipertemukannya kita semoga sebagai jalan terleburnya dosa-dosa kita dengan saling memberikan nasehat, semoga bisa menjadi  jalan dipertemukannya kita kembali dalam kesempatan lain baik di dunia ataupun diakhirat, semoga cahaya Islam tetap menaungi hati-hati kita dan mengukuhkan ikatan silaturahmi kita.

Ya Allah kuatkanlah ikatan kami, semoga Allah menyelamatkanmu sampai tujuan, semoga Allah melalui tangan-tangannya menyertakan dirimu masuk dalam barisan orang-orang yang tsiqoh dan istiqomah dalam jalan dakwah, dan semoga dengan bimbingan Nya pula, ia menggolongkanmu termasuk dalam orang-orang yang paham dengan hakekat dakwah dan risalah ta’lim yang mengantarkan kita menuju kepada kebaikan, Insya Allah.

Jangan lupakan sebut dirimu dalam doa robithohmu, sahabatmu, saudaramu, orang tuamu dan seluruh orang-orang yang berada dalam hatimu.

Kini kutahu hakekat seorang sahabat, seorang sahabat adalah seorang yang selalu mengingatkan saudaranya ketika lupa, orang yang selalu mendoakan tanpa orang yang dimaksud tahu bahwa ia didoakan, sahabat tidak jauh berbeda dengan saudara. Tali saudara tarbiyah telah mengikatkan kita, semoga terus selamanya, karena kini kutahu “ Arti” adalah seorang sahabat.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Semoga keimanan terlimpah untukku ‘Ergun’

Tetesan air mata tak terasa menetes dari pelupuk mataku, kulihat kembali bingkisan itu, yang ternyata berisikan sebuah buku agenda kecil berlogo Ikhwanul Muslimin, kuperhatikan lebih teliti buku agenda itu, sebuah buku khusus dan nampak terbitan terbatas, buku agenda itu masih kosong, hanya pada bagian depannya bertuliskan sebuah pesan singkat.

“Ilmu ini akan diemban oleh setiap generasi akhir yang adil, yang menghindarkannya dari penyimpangan orang-orang yang berlebihan, penjiplakan orang-orang yang batil, dan penafsiran orang-orang yang bodoh.”

Edited 15 june 2007


Luar biasanya Al-Quran...

Membaca Al Quran tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu. Secara hitungan matematika dunia, me...

ARTIKEL POPULER