Memuliakan tetangga...

Peranan penting dalam membangun masyarakat Islam, setelah keluarga adalah tetangga. Sehingga Islam mewajibkan pemeluknya untuk senantiasa berbuat baik dengan tetangga, menjaga hak dan memelihara hubungan dengannya.

Tanda iman serta penyempurnanya.

Salah tanda dan cabang iman adalah berbuat baik dengan tetangga. Siapa saja yang menyakitinya, maka ia dianggap imannya tidak sempurna iman. Dalam surat An-Nisa’ ayat ke 36, Allah menyambung hak tetangga setelah ibadah dan tauhid-Nya.

Pada riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ – رواه البخاري ومسلم

وفي روية لمسلم وغيره : فَلْيُحْسِنْ اِلَـى جَارِهِ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya.” HR. Al-Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat lain bagi Muslim dan lainnya: “Maka berbuat baiklah kepada tetangganya.”

Rasulullah SAW juga bersabda,

وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ أَوْ لِأَ خِيْهِ مَا يُحِبُّ

لِنَفْسِهِ

“Demi Dzat yang jiwaku dalam tangan-Nya, tidak –sempurna—iman seorang hamba hingga ia mencintai tetangganya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, ia tidak beriman 3x (tidak sempurna imannya), lalu ditanyakan, “Siapa ia ya Rasulullah ? Rasulullah SAW menjawab, “Yaitu seseorang yang tetangganya tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Al-Bukhari).

“Bukan seorang mu’min, seseorang yang kenyang, sedangkan tetangganya dalam keadaan lapar.” (HR. Al-Bukhari, Adabul Mufrad).
 
Meyakiti tetangga penghalang masuk surga

Rasulullah SAW bersabda,

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارَهُ بَوَائِقَهُ

Rasulullah SAW juga bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia bercerita: Ditanyakan kepada Nabi SAW, bahwa seseorang yang –rajin— shalat (sunnah) di malam hari dan puasa (sunnah) di siang hari, dia bekerja dan juga bersedekah, akan tetapi ia menyakiti tetangganya dengan lisannya. Nabi SAW menjawab, “Sedikitpun tidak ada kebaikan terhadap kebaikan yang ia lakukan, ia termasuk ahli neraka.” Lalu ditanyakan kepada Nabi SAW, bahwa seseorang –hanya- melaksanakan shalat wajib dan bersedekah dengan sepotong roti kering dan tidak menyakiti siapapun. Nabi SAW menjawab, “Dia termasuk ahli surga.” 
 

Tetangga adalah obyek terdekat dalam mengamalkan –ta’awanu ‘alal birri wat taqwa—ta’awun dalam kebaikan dan ketaqwaan. Artinya tetangga adalah patner dalam beribadah kepada Allah SWT. Missal, shalat berjama’ah, amar ma’ruf dan nahi munkar, memunculkan manfaat dan menghilangkan madharrat. Sehingga Jibril senantiasa berwasiat kepada Nabi SAW agar selalu berbuat dengan tetangga. Rasulullah SAW bersabda:

مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِيْنـِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ

“Jibril terus menerus berpesan kepadaku tentang tetangga, hingga aku menduga bahwasanya dia akan memberikan hak waris kepada tetangga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Seorang mu’min berbuat baik kepada tetangganya adalah cermin bahwa ia baik akhlaknya. Rasulullah SAW bersabda,

خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ وَخَيْرُ اْلجِيْرَانِ خَيْرُهُمْ لِجَارِهِ

“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah orang yang paling baik perilakunya bagi sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga adalah orang yang paling baik akhlaknya terhadap tetangganya.” (HR. At-Tirmidzi)


Tetangga adalah saksi utama terhadap akhlak seseorang

Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia bercerita: Seseorang datang kepada Nabi SAW, lalu berkata: “Ya Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amal, jika aku melakukannya, maka aku akan masuk surga?” Lalu Nabi SAW menjawab, “Jadilah kamu orang baik.” Dia bertanya, “Bagaimana aku tahu, kalau aku baik.” Nabi menjawab, “Tanyakan kepada tetanggamu, jika mereka mengatakana kamu baik, berarti kamu baik. Jika mereka mengatakan kamu buruk, berarti kamu buruk.”

Al-Baihaqi juga meriwayatkan dari Anas ra, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim meninggal, dan empat tetangganya yang terdekat tidak mengetahuinya kecuali kebaikannya, kecuali Allah SWT berfirman, “Sungguh Aku menerima persaksian kalian.” Atau Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh Aku terima persaksian kalian, dan Aku mengampuninya –kesalahan—yang kalian tidak mengetahuinya.”

Tetangga yang baik sumber kebahagiaan

Rasulullah SAW bersabda, “Diantara sumber kebahagiaan seorang muslim adalah: tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang nyaman.” –HR. Al-Bukhari dalam Adabul Mufrad dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman.

Melanggar kehormatan tetangga dosa besar

Ibnu Mas’ud RA berkata: Aku bertanya kepada Nabi Rasulullah SAW , “Dosa apa yang paling besar disisi Allah? Rasulullah SAW menjawab: “Engkau menjadikan sekutu, tandingan bagi Allah, padahal DIA yang menciptakanmu.” Aku berkata: Sungguh, dosa itu memang besar. Lalu aku bertanya lagi, “Kemudian apa?” beliau menjawab: “Engkau membunuh anakmu karena khawatir dia makan bersamamu” lalu saya bertanya lagi: “Kemudian apa?” beliau menjawab: “Berzina dengan istri tetanggamu.” (HR. Al-Bukhari).

Ibnu Baththal berkata: “Demikian itu karena tetangga wajib dimuliakan. Maka barangsiapa yang tidak menjaga hak tetangga, dosanya berlipat. Berkaitan dengan zina dengan istri tetangga, dosanya berlipat; dosa zina dan dosa berkhianat terhadap kepercayaan yang seharusnya seseorang menjaga dan menghormati tetangganya, sebagaimana yang telah Allah wasiatkan kepadanya.”


Luar biasanya Al-Quran...

Membaca Al Quran tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu. Secara hitungan matematika dunia, me...

ARTIKEL POPULER