Seperti apakah Rasulullah itu...?

1. Basyariyah  (manusia).

Rasul sebagai manusia biasa seperti kita semua.  Perbedaannya adalah Allah memberikan wahyu untuk disampaikan kepada orang lain. Kenapa Allah swt perlu menegaskan bahwa Rasul itu manusia biasa. Dengan penegasan ini maka dapat disimpulkan bahwa Rasul dari golongan kita juga, dari manusia yang seperti kita juga misalnya makan, minum, tidur, beristeri, bekerja, belajar, penat, dan sifat-sifat kemanusiaan lainnya.

Perbedaannya hanyalah terletak kepada amanah yang Allah berikan kepada Rasul yaitu wahyu.  Meyakini betul bahwa Rasul seperti kita maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak perintah Rasul, tidak ada alasan tidak mampu, tidak boleh dan sebagainya.  Juga tidak boleh beri alasan anak, isteri, sibuk bekerja dan sebagainya karena Rasul juga mempunyai tanggung jawab demikian juga terhadap anak, isteri dan sebagainya.

QS. 14:11, Rasul sebagai manusia biasa.

“Rasul-Rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan Hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” 

2. ‘Ismah  (terpelihara dari kesalahan).

Manusia biasa yang tidak mendapatkan wahyu mungkin melakukan kekhilafan dan kesalahan.  Tetapi bagi para Rasul yang diberi amanah untuk menyampaikan dakwah harus terpelihara dari kesalahan karena yang disampaikan adalah sesuatu yang berasal dari Allah swt.  Allah swt perlu memelihara aturan dan firman-Nya dari kesalahan.

Dengan sifat Rasul demikian yaitu dijaga oleh Allah swt maka apa yang dikeluarkan Nabi adalah benar dan kita perlu meyakininya.

QS. 5:67, Allah memelihara Rasul dari kejahatan manusia.

”Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”

QS. 66:1, Allah pengampun lagi penyayang.

”Hai Nabi, Mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” 


3. Shidq  (benar).

Rasul-Rasul dan Muhammad saw mempunyai sifat shiddiq yang membawa kebenaran. Orang yang membawa kebenaran tentunya ia sendiri bersifat shiddiq sehingga apa yang disampaikan dapat diterima.

Oleh karena itu, dengan sifat ini banyak masyarakat jahiliyah menerima Islam. Sifat shidq berarti mengikuti Islam sebagai sumber kebenaran.  Tidak mengikuti Islam berarti mengikuti hawa nafsunya sehingga menjauhkan diri dari kebenaran.

QS. 39:33, Muhammad saw membawa kebenaran.

“Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertaqwa.”

QS. 53:3-4, Tiadalah ia berbicara menurut hawa nafsunya.

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” 

4. Fathanah  (cerdas).

Kecerdasan Rasulullah dapat dilihat bagaimana Rasul menyusun dakwah dan strategi-strategi seperti berperang, berdakwah ke tempat lain dan sebagainya. Di antara kecerdasan Rasul adalah mempunyai pandangan bahwa Islam akan menaklukkan Makkah dan menaklukkan Khaibar.  Rasul menggambarkan pada saat tersebut umat Islam masuk ke Masjidil Haram dengan aman sentosa, serta bercukur dan menggunting rambut kepala tanpa sedikitpun.

Kecerdasan Rasul dalam memperkirakan kekuatan Umat Islam dan kelemahan pihak lawan juga dibuktikan di dalam peperangan lainnya.

QS. 48:27, pandangan Nabi terhadap kemenangan Islam.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.”

5. Amanah.

Sifat lainnya adalah Amanah.  Amanah secara umum berarti bertanggung jawab terhadap apa yang dibawanya, menepati janji, melaksanakan perintah, menunaikan keadilan, memberikan hukum yang sesuai dan dapat menjalankan sesuatu yang disepakatinya.  Sifat demikian dimiliki oleh para Rasul dan kita harus mengikutinya.

Sifat ini sangatlah diperlukan dalam kehidupan kita, tidak hanya dalam segi ibadah khusus tetapi secara umum seperti bekerja, belajar dan berhubungan dengan orang lain.  Bos di tempat kita bekerja akan menyenangi kita yang mempunyai sifat amanah ini bahkan dengan sifat ini kita akan berjaya dan berprestasi.


QS. 4:58, Allah menyuruhmu supaya menunaikan amanah.

”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” 

6. Tabligh  (menyampaikan).

Sebuah rahasia kenapa Islam tersebar dengan cepat ke seluruh pelosok tempat dan bagaimana pula dengan cepatnya perubahan-perubahan di tengah masyarakat. Kenapa jumlah bilangan pengikut Islam semakin hari semakin banyak dan semakin banyak yang menyokongnya.  Jawabannya adalah sifat tabligh dimiliki oleh Rasul dan pengikutnya.

Setiap muslim merasakan bahwa dakwah atau menyampaikan Islam sebagai suatu kewajiban yang perlu dilaksanakan dimana saja dan bila masa saja.  Artinya dalam keadaan bagaimanapun, umat Islam senantiasa menyampaikan risalah ini kepada siapa saja yang menerimanya.

7. Iltizam  (komitmen).

Rasulullah saw beserta Rasul-Nya sangatlah dikenal dengan komitmennya dengan Islam dan apa yang dibawanya.  Beliau tahan dan tidak merasa takut sedikitpun menghadapi cobaan dan tantangan dari orang-orang jahiliyah.  Rasul selalu komitmen dan dapat menghadapi cobaan dengan baik.  Sifat iltizam ini perlu dipupuk pada diri kita karena dengan sifat inilah, nilai-nilai Islam pada diri kita menjadi terpelihara dengan baik.

Tanpa iltizam maka godaan syaitan dan gangguan orang kafir menjadi terasa pada kita dan perubahan berlaku bahkan menjadi futur dan sesat.  Naudzubillah.  Kemenangan bersama-sama dengan sifat iltizam ini.

QS. 17:74, kalau sekiranya tiadalah kami tetapkan komitmen engkau, sesungguhnya hampir engkau condong sedikit kepada mereka itu.

“Dan kalau kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka”

QS. 68:1-8, menggambarkan bagaimana Muhammad saw disebut gila karena ia tetap komitmen dengan Islam, tahan dari cobaan kesesatan dan tidak mengikuti orang yang mendustakan agama Allah.

Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, Berkat nikmat Tuhanmu kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan Sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, Siapa di antara kamu yang gila. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang paling mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dia-lah yang paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah).

Baca juga : Sifatur Rasul...

8. Khuluqun Azim  (akhlaq yang mulia).

Sifat-sifat yang dimiliki oleh para Rasul menggambarkan akhlaq yang mulia. Akhlaq mulia berarti akhlaq yang tinggi kemudian untuk mencapainya perlu proses dan latihan.  Tidak semua manusia bisa mencapai akhlaq ini kecuali mereka yang mengikuti tarbiyah Islamiyah.  Seseorang yang memiliki akhlaq mulia akan disenangi oleh masyarakat disekitarnya, mereka menerima dan menyambut individu yang berakhlaq mulia.

Sunnah dakwah memperlihatkan bahwa kebencian pihak Jahiliyah karena aqidah yang dibawa umat Islam bukan karena akhlaqnya.  Mereka menerima akhlaq Islam karena tidak merugikannya bahkan menguntungkannya.

QS. 68:4, Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) mempunyai akhlaq yang mulia.

”Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

9. Akhlaq Qur’an.

Akhlaq mulia adalah juga akhlaq Al-Qur’an.  Berarti akhlaq Rasul adalah amalan dan tingkah laku yang sesuai dengan Al-Qur’an atau yang diarahkan oleh Al-Qur’an.  Jadi untuk mendapati akhlaq mulia seperti yang dimiliki Rasul maka harus mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-harinya.  Al-Qur’an berjalan adalah akhlaq Rasul.

Hadits, bertanya kepada Aisyah RA, “Bagaimanakah akhlaq Rasulullah ? Jawabannya adalah khuluquhu Al-Qur’an”.

10.  Uswatun Hasanah  (teladan yang baik).

Pada diri Rasul Muhammad saw terdapat contoh yang baik yaitu akhlaq yang mulia yang digambarkan oleh Allah swt.  Sebagai contoh yang nyata bagaimana menjadi muslim yang berakhlaq mulia dan bagaimana Al-Qur’an tertanam dalam diri kita maka ikutilah Nabi Muhammad saw.  Mereka yang mengikuti Nabi ini adalah mereka yang mengharapkan rahmat Allah dan hari kemudian, serta ia banyak mengingat Allah.

QS. 33:21, Sesungguhnya pada Rasul Allah (Muhammad) ada ikutan yang baik bagimu.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”


Luar biasanya Al-Quran...

Membaca Al Quran tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu. Secara hitungan matematika dunia, me...

ARTIKEL POPULER