Maukah kau terkena musibah...

Jika Allah swt mencintai seseorang maka Ia akan mengujinya. kalau orang itu sabar, maka Allah swt akan menjadikannya orang mulia (mujtaba). Dan jika ia ridha (rela) maka Allah swt akan menjadikannya sebagai orang pilihan yang istimewa (musthafa).

Ibn Abbas berkata sebagaimana dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya ulumuddin bahwa sabar menurut al-Qur’an hanya ada tiga bentuk.

Pertama, sabar kepada kewajiban-kewajiban Allah. Kedua, sabar menghindar dari larangan Allah swt. Ketiga, sabar terhadap musibah Allah swt.

dan kesabaran ketiga inilah yang memiliki derajat paling luhur.

Dari ketiga bentuk ini Imam al-Qusyairi dalam kitabnya meyebutkan bahwa sabar ada dua macam, yaitu sabar terhadap sesuatu yang sedang diupayakan dan sabar terhadap sesuatu yang ada tanpa diupayakan.


Sabar terhadap sesuatu yang diupayakan adalah sabar dalam meniti syariat yang diperintahkan Allah swt. dan menghindarkan diri dari larangannya. Diantara sabar dalam konteks ini adalah selalu menekuni fardhu yang lima pada setiap awal waktu.

Mengenai hal ini kisah kesabaran Nabi Ibrahim dalam menyembelih anaknya merupakah tamsil yang sesuai. Bagaimana nabi Ibrahim sabar mentaati perintah Allah, dan Nabi Ismail sabar menghadapi hal yang tidak diinginkannya.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Sementara sabar terhadap apa yang tidak diupayakan adalah mengkondisikan diri tetap segar, bugar dan berseri menghadapi segala yang telah ditentukan oleh Allah swt.


Rasulullah Saw bersabda,”Pada hari Kiamat kelak, ditegakkan al-Mizan (timbangan). Kemudian dihadirkan ahli shalat untuk ditimbang amalnya, lalu diberikan kepada mereka pahalanya secara sempurna. Kemudian dihadirkan ahli shadaqah untuk ditimbang amalnya, lalu diberikan kepada mereka pahalanya secara sempurna. Kemudian dihadirkan ahli shaum untuk ditimbang amalnya, lalu diberikan kepada mereka pahalanya secara sempurna. Kemudian dihadirkanlah ahli musibah, namun amal mereka tidak ditimbang dan catatan mereka tidak diperiksa, bahkan mereka diberi pahala yang tanpa batas, sehingga mereka yang dulunya tidak pernah tertimpa musibah mengharapkan sekiranya mereka dahulu termasuk golongan orang-orang yang tertimpa musibah, dikarenakan banyaknya balasan yang diterima oleh para ahli musibah.”

Dan, Rasulullah Saw bersabda,”Zuhud di dunia itu bukanlah engkau mengharamkan yang halal, dan bukan pula engkau menyia-nyiakan harta. Zuhud itu adalah engkau tidak menggantungkan diri kepada sesuatu pun yang ada pada dirimu, namun engkau lebih yakin pada apa yang ada di sisi Allah Ta’ala. Dan engkau lebih senang menerima musibah, sekalipun musibah itu menimpa sepanjang hidupmu di dunia.” (buku “Nashaihul Ibaad”, Imam Nawawi Al-Bantani.)

Manusia itu kelak di akhirat akan dibagi menjadi 2 macam, yaitu ahlul Musibah dan ahlul 'Aafiyah.

Ahlul musibah adalah orang-orang yang pada masa hidup di dunia selalu kena musibah, selalu diuji dengan macam-macam hal, hidupnya sering susah, sengsara bertubi-tubi.

Sementara ahlul 'afiyah adalah orang-orang yang pada masa hidup di dunia enak-enak saja. Segala kemudahan didapatkannya tanpa usaha yang berarti.

Pada saat hari perhitungan, ALLAH perintahkan pada malaikat agar menghisab Ahlul musibah terlebih dahulu.

Lalu, dengan cepat malaikat melaporkan pada ALLAH, bahwa hisab mereka sebentar saja karena dosa-dosa mereka sudah digugurkan lewat musibah dan ujian yang menimpa mereka saat di dunia.

Maka ALLAH perintahkan agar memberikan mereka 3 hal :
1. Afiyah atau kekuatan, sebagai ganti kesusahan yang dia dapat di dunia dulu.
2. Khoiron atau kebaikan, yaitu surga.
3. Manzilan yaitu tempat yang tinggi atau kedudukan yang tinggi di surga.

Demikianlah...
Jadi bagi orang yg sering diuji oleh ALLAH, bukan karena ALLAH benci padanya, tapi karena ALLAH ingin ganti kesusahannnya itu dengan nikmat di akhirat nanti.

Demikian pula dengan orang yg sering diberi nikmat dan kemudahan, hati-hati...
Para shahabat Rasul dulu sering menangis jika mereka mendapat nikmat dan kemudahan bertubi-tubi karena mereka takut jangan-jangan itu harusnya adalah nikmat mereka di akhirat, namun disegerakan di dunia ini.

Baca juga : Apa itu Rizki...

Kadang kita merasa tak sabar saat ujian datang, entah sakit, entah payah finansial, entah kehilangan... Kita buru-buru mengeluh... Buru-buru 'menggugat' ALLAH....

Padahal jika kita mau bersabar, maka semua kepayahan itu akan digantikan oleh ALLAH dengan kenikmatan yang jauuuh lebih besar.

Mari bersabar atas semua keadaan... Mari bersyukur dalam setiap kesempatan... Sebab ALLAH tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya...


Luar biasanya Al-Quran...

Membaca Al Quran tidak akan mengurangi waktumu. Justru sebaliknya, ia akan menambah waktumu. Secara hitungan matematika dunia, me...

ARTIKEL POPULER